Advertisement
Sumber | greenindonesia.co | Editor | SF
![]() |
Mengenal Obat Tradisional
Daun Pambu Atau Bandotan | Foto/Bibitbunga.com |
Info720.com | Riuh
gembira terlihat pada saat hari kemenangan atau hari lebaran tiba, aneka
makanan kesukaan buatan ibunda tercintapun dihidangkan memenuhi meja makan.
Hampir semua kalap dan melahap semua makanan sampai kenyang.
Perut yang terbiasa kosong selama sebulan pun terkejut dengan serbuan aneka
hidangan yang masuk secara serentak.
Terasa
kekenyangan yang sangat, hal tersebut terkadang memicu terjadinya nyeri pada
perut bagian atas, sakit terasa panas, perut terasa penuh alias cepat merasa
kenyang, mual dan kembung, tubuh mual dan malas makan lagi, rasa nyeri dan
panas di dada itu menandakan gejala sakit Maag sedang menerjang.
Tidak usah panik karena ada tanaman herbal yang bisa
digunakan untuk menangani dan mengobati sakit tersebut.
Si Herbal tersebut mudah didapatkan dan bisa ditemukan di
sekitar halaman rumah kita, dialah Bandotan, dikutip dari greenindonesia.co pada 22 Mei 2021.
Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah sejenis tanaman
herbal/terna anggota suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari Amerika
tropis, khususnya Brasil, akan tetapi telah lama masuk dan meliar di wilayah
Nusantara.
Beragam suku bangsa di Indonesia sudah mengenal tanaman
tersebut, urang sunda menyebutnya tanaman babandotan atau babadotan, wong jawa
menyebut wedusan; Orang Madura menyebut dus-bedusan; dan sebagainya.
Tidak hanya di Indonesia bandotan juga dikenal di luar
negeri dengan nama dalam bahasa Inggris seperti Billygoat-weed, Goatweed, Chick
weed, atau Whiteweed.
Herbal ini mendapatkan namanya bandotan atau wedusan pada
karena bau yang dikeluarkannya menyerupai bau kambing (sinonim bandot/wedus).
Setiap tumbuhan mempunyai ciri khas begitu juga bandotan.
Kalau daunnya kita remas maka akan tercium aroma bandotan yang berbau keras.
Habitus bandotan berupa herba/terna berbatang tegak atau
merunduk dan bercabang-cabang dengan tinggi hingga 120 cm.
Kalau batang dicabut dari tanah maka akan Nampak akar
serabut. Daun-daun bertangkai, 0,5–5 cm, terletak berseling atau berhadapan,
terutama yang letaknya di bagian bawah.
Helaian daun bundar telur hingga menyerupai belah ketupat,
2–10 × 0,5–5 cm; dengan pangkal agak-agak seperti jantung, membulat atau
meruncing; dan ujung tumpul atau meruncing; bertepi beringgit atau bergerigi;
kedua permukaannya berambut panjang, dengan kelenjar di sisi bawah.
Bandotan merupakan tumbuhan yang mudah berbunga, ada satu
atau banyak kuntum bunga majemuk yang terletak di ujung (atau disebut bunga
terminal).
Bunga-bunga dengan kelamin yang sama berkumpul dalam bongkol
rata-atas, yang selanjutnya (3 bongkol atau lebih) terkumpul dalam malai rata
terminal.
Bongkol 6–8 mm panjangnya, berisi 60–70 individu bunga, di
ujung tangkai yang berambut, dengan 2–3 lingkaran daun pembalut yang lonjong
seperti sudip yang meruncing.
Mahkota dengan tabung sempit, putih atau ungu. Buah kurung
(achenium) bersegi-5, panjang lk. 2 mm; berambut sisik 5, putih.
Bandotan mempunyai tempat tinggal/rumah untuk tumbuh yang
yang luas dan menyebar luas di seluruh wilayah tropika, bahkan hingga
subtropika.
Menurut catatan sejarah, bandotan memang didatangkan dari Meksiko, lalu Mengapa bandotan ada di Indonesia?
Ternyata menurut sejarah Belanda mendatangkan tumbuhan ini
ke Jawa sebelum 1860, kemudian telah menyebar luas di Indonesia. Di Amerika
Selatan, tumbuhan ini malah dibudidayakan.
Bandotan merupakan tumbuhan pioneer (tumbuhan perintis) yang
tumbuh di tempat-tempat terbuka di sawah-sawah yang mengering, ladang,
pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air, dan wilayah bersemak belukar.
Ditemukan hingga ketinggian 3.000 mdpl, terna ini berbunga
sepanjang tahun dan dapat menghasilkan hingga 40.000 biji per individu
tumbuhan, sehingga mudah sekali menemukan tumbuhan ini dimanapun di wilayah
Indonesia.
Tumbuhan ini adalah pengelana sejati, sehingga bandotan juga
bisa ditemukan di Afrika, Asia Tenggara, Australia, serta di Amerika Serikat.
Manfaat Herbal Bandotan
Cerita yang turun-temurun dari nenek moyang kita, bahwa
babadotan dikenal luas sebagai obat luka. Caranya, dengan menumbuk bandotan dan
dicampur dengan minyak goreng, dan dipergunakan untuk obat luar saja.
Daun Bandotan
Menurut Seorang ahli botani yang bernama Heyne dalam bukunya
‘Tumbuhan Berguna Indonesia’ daun tumbuhan ini diremas-remas, dicampur dengan
kapur, dioleskan pada luka yang masih segar.
Rebusan dari daun juga digunakan untuk obat sakit dada,
sementara ekstrak daunnya untuk obat mata yang panas.
Akar yang ditumbuk dioleskan ke badan untuk obat demam;
ekstraknya dapat diminum. Daunnya bisa dijadikan obat tetes mata, dengan jalan
menumbuknya; air tumbukan tersebut, bisa diteteskan ke mata untuk cuci mata.
Cara seperti itu umum di Pantai Gading. Di sana pula,
bandotan dipergunakan untuk sakit perut, penyembuhan luka, dan untuk
menyembuhkan patah tulang.
Zat yang terkandung dalam babadotan yang dilaporkan pada
tahun 1987 adalah sebagai berikut: minyak esensial, alkaloid, dan kumarin.
Meski demikian, tumbuhan ini juga memiliki daya racun. Di
Barat, bandotan juga dimanfaatkan sebagai insektisida dan nematisida.
Babadotan yang merupakan rumput liar ini mempunyai manfaat
yang luar biasa banyak bagi manusia, khususnya bagi kesehatan.
Daun Babadotan ini dapat dibuat menjadi ramuan tradisional
yang kemudian dimanfaatkan sebagai obat penyembuh beberapa penyakit.
Beberapa penyakit
yang dapat disembuhkan dengan menggunakan daun babadotan ini adalah Sakit
telinga bagian tengah akibat radang; Luka yang menimbulkan darah, bisul, dan
eksim; Menyembuhkan borok; Rematik atau Asam urat; Pendarahan pada rahim; Tumor
rahim; Sakit tenggorokan; Malaria dan influenza; serta Merawat rambut.
Begitu banyak
fungsi dan manfaat bandotan untuk kehidupan manusia, Sungguh tidak ada yang
sia-sia Ciptaan Allah SWT, oleh karena itu mulai dari sekarang tingkatkan
perhatian kita ke lingkungan sekitar kita untuk menjaga dan melestarikannya
sehingga kita akan mendapatkan manfaat yang luar biasa.
