-->

Iklan

Senin, 29 Desember 2025, Desember 29, 2025 WIB
Last Updated 2025-12-29T08:25:01Z
Investigasi

Dugaan Proyek Titipan Penguasa, Rehab SMPN 8 SATAP Ndano Na’e Makan Korban

Advertisement



Foto Risnan yang tertumpah 
kaca proyek SMPN 8 Satap 
Ndano Na'e Kecamatan
 Donggo Kab.Bima



Info720.com, Bima NTB - Proyek rehabilitasi ruang kelas di SMPN 8 SATAP Ndano Na’e, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, yang dilaksanakan oleh CV Devita Indasari beralamat di Desa Rato, Kecamatan Bolo, mendapat sorotan serius dari masyarakat setempat. Proyek yang menelan anggaran Rp198.900.000 dari APBD Perubahan Kabupaten Bima Tahun 2025 tersebut dinilai menyimpan banyak kejanggalan, minim keterbukaan, bahkan dicurigai sebagai proyek ‘ghost’.



Kecurigaan publik bermula dari tidak adanya transparansi sejak proyek mulai dikerjakan. Informasi proyek yang semestinya dipasang secara terbuka justru ditempelkan di dinding ruang kelas menggunakan spanduk kecil, sehingga sulit dilihat masyarakat. Setelah dipersoalkan oleh awak media, papan informasi itu kembali dipindahkan dan dipaku di pohon nangka, yang semakin memunculkan dugaan adanya upaya menutup-nutupi informasi.



Keanehan lainnya, pelaksana proyek bernama Muhammad mendatangkan material dan melakukan pekerjaan pada malam hari tanpa pemberitahuan. Aktivitas tersebut dinilai tidak lazim dan menimbulkan keresahan warga, sekaligus mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar sekolah.



Dari aspek teknis, pekerjaan diduga tidak mengacu pada Rencana Anggaran Biaya (RAB). Pada pemasangan rangka plafon ruang kelas A, seharusnya dibuat rangka besi hollow baru, namun di lapangan besi hollow justru langsung dipasang pada rangka lama tanpa pembongkaran material kayu yang sudah lapuk.



Spesifikasi bahan bangunan juga dipertanyakan. Dalam RAB tercantum penggunaan seng berukuran 0,30 mm, tetapi diduga seng yang terpasang hanya berketebalan 0,25 mm, yang berpotensi menurunkan kualitas dan daya tahan bangunan.



Kualitas pengerjaan di lapangan pun dinilai jauh dari standar profesional. Para pekerja terlihat tidak terlatih dan bekerja tanpa mengikuti standar operasional prosedur (SOP), bahkan menyerupai pekerja harian yang direkrut secara tidak terencana. Kondisi ini memperkuat dugaan lemahnya pengawasan serta buruknya manajemen proyek.



Kekecewaan masyarakat semakin memuncak ketika pekerja proyek merusak ruang kelas alternatif yang selama ini digunakan siswa untuk proses belajar-mengajar. Sekat triplek yang dibangun dari dana komite sekolah dan sumbangan sukarela guru roboh setelah diinjak pekerja yang naik ke atap untuk pengecatan.




Foto bingkai jendela hasil pekerjaan 
Proyek


Selain itu, pelaksana proyek disebut tidak pernah berkoordinasi dengan pihak sekolah sebelum memulai pekerjaan dan mendatangkan material. Akibatnya, berbagai inventaris sekolah seperti komputer, buku, hingga Smart TV bantuan pemerintah dibiarkan berantakan dan teracak-acak oleh pekerja. Pihak sekolah baru menerima pemberitahuan setelah proyek berjalan selama satu hari.



Proyek tersebut bahkan disebut telah menimbulkan korban. Seorang operator sekolah bernama Raisna mengalami luka di bagian dahi saat membuka jendela ruang kelas yang direhabilitasi. Kaca jendela terlepas karena daun jendela hanya dicat tanpa perbaikan struktur kayu.



“Saya sedang membuka jendela, tiba-tiba kayu daun jendela terlepas. Ternyata belum diperbaiki, hanya dicat saja, sehingga kacanya jatuh dan mengenai jidat saya,” ujar Raisna saat Dikonfirmasi, Senin (29/12/2025) 



Secara keseluruhan, proyek ini dinilai dikerjakan secara amburadul dan justru merusak berbagai fasilitas sekolah. Alih-alih memperbaiki, rehabilitasi tersebut dianggap menambah kerusakan, sementara lingkungan sekolah ditinggalkan dalam kondisi kotor.



Bahkan beredar dugaan bahwa proyek tersebut merupakan proyek titipan yang diserahkan ke dinas, kemudian dikerjakan melalui pihak ketiga untuk menghindari praktik korupsi. Selama proses pengerjaan, baik pengawas maupun pelaksana proyek disebut hampir tidak pernah berada di lokasi. Konsultan yang dijanjikan hadir untuk melakukan pemantauan pun tidak kunjung datang, begitu pula pihak dinas dan pengawas lapangan.



Setelah pekerjaan yang dinilai asal-asalan itu selesai, para pekerja meninggalkan lokasi dengan hasil pengecatan yang dinilai buruk. Cat sekolah tampak mengelupas dan tidak rata, menyerupai gincu yang luntur, dengan dominasi warna kuning yang memicu berbagai tafsir di tengah masyarakat.



Hingga berita ini diturunkan, Kepala Dinas Dikpora, Zunaidin, S.sos.M.M Kabupaten Bima tidak dapat memberikan keterangan terkait proyek rehab  SMPN 8 Satap. "Sudah saya utus kontraktor dan konsultan untuk memberikan keterangan," katanya saat dikonfirmasi melalui WhatsApp.(Info01)